Kapal Raksasa Nyangkut di Terusan Suez, Ini 5 Dampaknya ke Ekonomi

Portal Sakti - Kapal Raksasa Nyangkut di Terusan Suez, Ini 5 Dampaknya ke Ekonomi. Terusan Suez di Mesir mengalami kemacetan. Hal ini terjadi setelah sebuah kapal pengangkut Kontainer besar mendadak terjebak di tengah kanal Terusan Suez.

Dilansir dari CNN, Jumat (26/3/2021), kapal itu adalah kapal Evergreen yang dimiliki Ever Given. Ever Given memiliki panjang 400 meter dan lebar 59 meter.

Panjangnya hampir mirip seperti tinggi Empire State Building di Amerika Serikat yang mencapai 443 meter. Kapal Ever Given mengangkut 20 ribu kontainer dengan berat 224 ribu ton.

Kapal raksasa yang menghambat lalu lintas di Terusan Suez ini bikin pusing seluruh dunia. Apa saja dampaknya?


1. Perdagangan Global Terganggu

Kemacetan yang terjadi di Terusan Suez diyakini akan berdampak pada sekitar 10% perdagangan global. Pasalnya, hampir semua kapal pengangkut kontainer melewati Terusan Suez.

Lloyd's List, dalam sebuah jurnal industri perkapalan hang diterbitkannya mengatakan bahwa hampir 19.000 kapal transit di Terusan Suez tahun lalu.

Buruknya lagi, insiden ini terjadi pada saat yang sangat sulit bagi rantai pasokan global. Pandemi telah mengganggu pengiriman global, membuat kontainer kosong terdampar di tempat yang salah.


2. Lewat Jalur Mahal

Saat ini kapal kontainer lainnya harus melewati jalur yang mahal dan panjang jika kanal tidak segera dibuka. Mereka harus mengalihkan kapal melalui Tanjung Harapan di ujung selatan Afrika yang akan menambah kira-kira dua minggu perjalanan mereka.

Perusahaan pelayaran Denmark, Maersk, mengatakan bahwa tujuh kapalnya telah terdampak perisitiwa di Terusan Suez. Empat kapal mereka sudah berada di sistem kanal dan tiga lainnya masih menunggu untuk masuk.

"Insiden itu terus menimbulkan kemunduran panjang di jalur air, menghentikan kapal agar tidak lewat dan menyebabkan penundaan," kata perwakilan Maersk dalam sebuah pernyataan.


3. Harga Minyak Melonjak

Peristiwa ini juga menimbulkan gonjang-ganjing ke pasar minyak. Harga minyak perlahan meroket setelah berada di bawah tekanan selama pandemi.

Terpantau minyak mentah berjangka Brent yang jadi patokan global untuk harga minyak melonjak hampir 6% pada hari Rabu. Hal ini terjadi karena konsekuensi dari penyumbatan dinilai bisa mempengaruhi pasokan minyak yang beredar.

BACA JUGA : KPK Tegaskan Bank Garansi di Kasus Edhy Prabowo Tak Jelas Dasar Hukumnya

Dalam catatan kepada kliennya, Bank Jerman Commerzbank mengatakan bahwa saat ini ada 10 kapal tanker minyak dengan 13 juta barel minyak mentah terjebak di Terusan Suez.

"Ini kira-kira sama dengan jumlah minyak yang diproduksi dalam satu hari oleh Arab Saudi dan Irak, dua produsen OPEC terbesar," kata Commerzbank.


4. Dampak ke Indonesia

Kapal dari Indonesia untuk keperluan ekspor-impor pun ikut terkena imbasnya. Seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (26/3/2021) Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno mengatakan ada kapal Indonesia yang ikut mengantre di jalur Terusan Suez.

Untuk berapa banyak kapal Indonesia yang tersendat di jalur tersebut, Benny belum bisa memastikan. Namun, pihaknya terus berkoordinasi dengan para eksportir yang mengirim komoditi ke kawasan Eropa dan sekitarnya.

"Pasti ada (kapal RI ikut kena macet di Terusan Suez), lagi saya cek," sebut Benny.

Benny juga mengungkap adanya dampak negatif dari kejadian ini, yaitu naiknya ongkos kirim barang. Kenaikan ongkos terjadi karena naiknya biaya bahan bakar yang lebih besar. Jika semakin lama perjalanan, maka biaya lain juga akan membengkak, terutama untuk awak kapal.

"Ongkosnya naik, tapi kenaikan persentasenya belum tahu, tapi ongkosnya pasti naik, seringnya begitu," kata Benny.


5. Sektor Otomotif Paling Rugi

Perusahaan pemeringkat global, Moody's Investors Service, mengungkap macetnya jalur Terusan Suez menambah tekanan ke jalur jual-beli global hingga rantai pasokan suku cadang banyak pabrik, termasuk produsen mobil.

Wakil Presiden di Moody's Daniel Harlid mengatakan kemacetan di jalur Terusan Suez diperkirakan akan berdampak pada manufaktur Eropa, khususnya sektor otomotif. Dia mengungkap saat ini produsen mobil hanya memiliki persediaan suku cadang yang cukup untuk waktu singkat.

"Sekalipun situasinya dapat diselesaikan dengan cepat, kemacetan pelabuhan dan penundaan lebih lanjut pada rantai pasokan yang sudah terkendala tidak dapat dihindari. Moda transportasi alternatif kurang lebih menjadi pertanyaan, karena kapasitas angkutan udara sudah ketat akibat pandemi COVID-19 dan transportasi kereta api antara China dan Eropa sangat terbatas," jelas Harlid dikutip dari rilis Moody's. QQ Online

Posting Komentar

0 Komentar